Ngoding dengan AI? Bisa banget, tapi...
Belakangan ini, timeline sosmed kita penuh dengan konten "Cara bikin aplikasi dalam 5 menit pakai AI" atau "Programmer bakal diganti AI". Barangkali karena algoritma membaca ketertarikan saya terhadap hal tersebut, banyak sekali konten senada yang disuguhkan lewat layar gadget. Lalu, benarkah demikian adanya?
Izinkan saya berbagi pandangan, sebagai orang yang sudah berkecimpung di dunia akademik dengan menjadi dosen selama lebih dari 5 tahun sekaligus praktisi yang sehari-hari berkutat dengan barisan kode. Sejatinya, di kelas Saya sering ditanya: "Pak, kalau ada AI, kita masih perlu belajar ngoding nggak sih?" atau yang lebih ekstrim lagi, "Pak, berarti project-project coding yang Bapak berikan, kami bisa gunakan AI dong"
Jawaban saya singkat: Bisa banget, tapi ada syarat dan ketentuannya yang mesti kita pahami bersama.
1. AI itu Co-Pilot, Bukan Kapten
Memang benar, AI seperti ChatGPT, Gemini, atau Cursor itu powerful banget. Saya sendiri merasakannya saat mengembangkan proyek di Gobook Softindo, mulai dari SmartRetail sampai SmartFarming. AI bisa bantu mempercepat penulisan syntax Tailwind CSS yang panjang atau bikin fungsi JavaScript yang repetitif. Ini menjadi hal yang sangat membantu pekerjaan saya, karena terus terang, berjam-jam membacara karakter-karakter pada text editor itu melelahkan. Pada point ini, saya akan sangat setuju bahwa AI itu bisa dipake untuk ngoding.
Tapi ingat, AI itu Co-Pilot. Kaptennya tetap kita, manusianya. Kalau kaptennya nggak tahu arah (logika pemrograman), pesawatnya (aplikasi) mungkin terbang, tapi nggak tahu mendarat di mana. AI akan terus-terusan memberi code sebagai respon dari arahan si pilot yang kebingungan ini. Jika ini kejadiannya, maka saya harus sampaikan bahwa, sampai cacing bertanduk pun projectmu gak akan selesai.
2. Logika vs Syntax
Banyak orang salah kaprah. Mereka pikir ngoding itu cuma soal ngetik syntax. Padahal, inti dari pemrograman adalah pemecahan masalah (problem solving). Justru keliru kalau berpikir programming adalah bagaimana menulis bahasa pemrogramannya saja.
AI sangat jago di level syntax. Kamu minta bikin landing page pakai AOS (Animation on Scroll), AI akan kasih kodenya dalam sekejap. Tapi, kalau kamu nggak paham struktur DOM atau bagaimana PHP mengelola database di backend, begitu ada error sedikit saja, kamu bakal langsung stuck. Di sinilah bedanya mereka yang "sekadar pakai AI" dengan mereka yang memang "paham dasarnya". Manusia yang memahami bagaimana pemrograman bekerja, akan dapat mengarahkan AI bekerja seperti yang mereka inginkan. Sementara bagi yang tidak paham, mereka akan memberikan prompt yang membingungkan si AI, yang tentu saja juga akan berbalas dengan jawaban membingungkan dari AI untuk mereka.
3. Jebakan Copy-Paste
Selama 5 tahun mengajar, saya sering melihat fenomena ini: mahasiswa memberikan hasil kodingan AI yang terlihat sempurna, tapi begitu saya tanya, "Kenapa fungsi ini diletakkan di sini?" atau "Gimana cara kerja looping di baris ini?", mereka bingung.
Menggunakan AI tanpa dasar ilmu itu seperti membangun rumah di atas pasir. Kelihatannya megah, tapi begitu ada bug atau kebutuhan kustomisasi yang kompleks, bangunannya roboh. AI seringkali memberikan kode yang bersifat generik. Untuk proyek nyata, katakanlah sistem manajemen minimarket atau sekolah maka kita butuh presisi, keamanan, dan efisiensi yang hanya bisa diatur kalau kita paham fundamentalnya.
4. Tantangan untuk Kita Semua
AI hadir bukan untuk membuat kita malas berpikir, melainkan untuk membantu kita fokus pada hal-hal yang lebih besar. Daripada pusing menghafal syntax PHP yang itu-itu saja, kita bisa fokus merancang arsitektur aplikasi yang lebih solid. Kita bisa berimajinasi dan membuat blueprint aplikasi yang robust, untuk selanjutnya proses penulisan kode bisa dibantu sang co-pilot, AI.
Jadi, buat teman-teman atau mahasiswa, perkenankan saya sedikit memberi saran : Jangan pelajari syntax-nya saja, tapi pelajari logikanya. AI bisa mencarikan "kata-kata" (kode), tapi kamu yang harus menentukan "cerita"-nya (logika bisnis). Kamu yang harus direct proses per proses, bagaimana sebuah masalah dipecahkan dan dengan pendekatan yang seperti apa.
Kesimpulan
Ngoding pakai AI itu asik dan sangat membantu produktivitas. Saya pun menikmatinya. Tapi, jangan sampai kita jadi "User AI" yang buta teknologi. Tetaplah jadi programmer yang punya kendali penuh atas kodenya.
AI tidak akan menggantikan programmer, tapi programmer yang pakai AI akan menggantikan programmer yang tidak pakai AI. Dan syarat utama untuk bisa pakai AI dengan benar adalah: Tetap harus jago fundamentalnya!
Selamat ngoding (dan bertani kode)!

