Selamat Tim Nasional Indonesia, Tak Apa Tak Juara!
Hasil ini membuat Thailand menyandang predikat Juara dengan aggregat 6-2, dan Indonesia diganjar sebagai Runner-Up. Bukan hal baru tentunya bagi kita masyarakat Indonesia, sebab sebelumnya kita sudah 5 kali menapak kaki di posisi ini. Mungkin banyak juga diantara kita yang kecewa, sebab gelar Juara tak jua kunjung berpulang ke Nusantara. Namun, izinkan pula saya sedikit berbagi pendapat tentang Indonesia yang lagi-lagi gagal juara. Dari sudut pandang pribadi, dari pengetahuan dan pengalaman yang tak terlalu banyak, dari pengamatan selama menonton live streaming yang kadang ngadat, dan dari rasa cinta terhadap Negara yang saya yakin kita semua punya.
Tim Garuda mengikuti turnamen dua tahunan ini dengan status tidak terlalu diperhitungkan, bahkan cenderung diremehkan. Bukan tanpa sebab tentunya, salah satu yang membuat banyak pihak (utamanya asing) tak cukup menganggap TimNas adalah keputusan Juru Taktik Shin Tae Yong yang memboyong banyak pemain muda. Jejak digital merekam bagaimana pendapat yang menjurus cibiran dari media-media luar negeri terhadap komposisi Timnas Indonesia yang dianggap mentah dan minim pengalaman.
Saya sendiri yang memang bukan pemerhati sepakbola banyak melongo ketika menyaksikan pertandingan pertama Indonesia. Saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, lantas juru kamera menyoroti satu per satu pemain, banyak wajah yang saya tak kenali. Karena mayoritas saya tak kenali, otomatis tak ada ekspektasi tinggi terhadap pertandingan pertama ini walau lawan yang dihadapi cenderung tak pula kuat.
Setelah berhasil melumat Kamboja dengan menyarangkan 4 gol, saya mulai tertarik dengan permainan apik yang disuguhkan. Saya kembali mengingat AFF beberapa tahun silam saat nama seperti Oktovianus Maniani, Patrick Wanggai, Irfan Bachdim bahkan Firman Utina dan lainnya mengisi Skuad Timnas. Sampai pertandingan kontra Laos, saya belum melihat keistimewaan yang signifikan walau saya akui permainan Indonesia memang bagus. Hingga akhirnya jadwal mempertemukan Indonesia dengan Vietnam, salah satu tim yang diunggukan menjadi Finalis.
Dalam laga melawan Vietnam, saya pribadi stress melihat TimNas terkurung pada 45 menit awal pertandingan. Merujuk pada pertandingan yang sudah-sudah, terbersit dalam hati bahwa Indonesia akan kalah pada laga ini. Dalam memori saya, kita tak terlalu bagus ketika menghadapi tekanan dan juga gampang kehilangan fokus.
Di sinilah pembeda itu terlihat jelas, walau tertekan hebat sepanjang pertandingan nyatanya Vietnam tak berhasil mengkonversi satu peluangpun untuk jadi gol. Dan 90 menit + nan hebat itu membuat saya berdecak kagum untuk pertama kalinya. Ini juga menjadi modal mental saya ketika menonton pertandingan berikutnya ketika bertemu Malaysia. Ya, kita tahu bersama bagaimana riwayat panjang rivalitas kedua tim. Meski tertinggal dahulu, nyatanya Witan Sulaiman dan kawan-kawan berhasil membalikkan keadaan menjadi 4-1.
Laga kontra Singapura pun tak kalah menarik, walau ada insiden 3 kartu merah bagi Singapura di laga semifinal Leg ke-2. Aksi heroik Nadeo Winata menggagalkan penalti pemain Singapura menjadi titik balik kita sampai-sampai Asnawi menghampiri eksekutor yang baru saja gagal dan terlihat mengucapkan terimakasih. Ini juga sekaligus mengunci tiket final bagi Indonesia untuk bertemu tim Gajah Perang.
Di laga final, terus terang saya tak punya ekspektasi berlebihan. Sebab semua laga yang telah dilakoni prinsipnya bagi saya adalah final. Bayangkan saja, tim yang dianggap underdog justru mampu memberikan kejutan-kejutan luar biasa. Saya yakin banyak yang sepakat, walau pedih dibantai 4-0 oleh Thailand, tapi nyatanya ketika di leg ke-2 bisa menahan imbang 2-2 dengan permainan apik bisa rasanya sangat layak kita apresiasi.
Banyak pengamat yang barangkali saya sepakati yang menyampaikan bahwa anak-anak muda kita sedikit kaget dengan atmosfer final. Walau kebobolan di menit-menit awal, nyatanya tetap bisa memberi perlawanan hingga menjelang akhir babak pertama. Babak kedua pada pertemuan leg-1 kita memang terlihat sedikit gelagapan, namun sekali lagi ini tak apa dan sudah sangat bagus untuk tim yang dihuni talenta-talenta muda.
Sekali lagi, saya bukanlah pengamat sepakbola, pun bukan ahli membaca serta menganalisis strategi. Saya hanya awam yang senang melihat bola berpindah dari kaki ke kali, senang melihat para pemain berlari dalam harmoni, senang melihat atraksi dan jalannya strategi. Tim ini sudah berkembang dengan baik, setidaknya mental juara itu sudah mulai tertanam. Mari menunggu waktu dan nikmati bagaimana pemain-pemain muda kita membangun diri. Jangan terlalu cepat memaksa mereka untuk puaskan hasrat juara yang memang belum terengkuh jua.
Percayalah, sedikit lagi akan lepas dahaga!
Tidak ada komentar untuk "Selamat Tim Nasional Indonesia, Tak Apa Tak Juara!"
Posting Komentar